myspace graphic
_
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (QS.98:5)

Blogger news

~ ءَاجَرَكَ اللهُ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَبَارَكَ لَكَ فِيْمَا اَبْقَيْتَ وَجَعَلَ اللهُ لَكَ اطَهُوْرً ~

Rabu, 25 Mei 2011

PKS Pilih Husnudzon Patuhi Kontrak Baru Koalisi



Partai Keadilan Sejahtera (PKS) melunak dan menyetujui kontrak baru partai koalisi. PKS memilih husnudzon, memandang positif poin-poin kontrak baru koalisi.

“Kalau kami sih husnudzon saja. Melihat dari semangatnya saja seperti yang disampaikan Pak SBY untuk mengkonsolidasi koalisi sehingga pemerintahan efektif,” ujar Wasekjen DPP PKS, Mahfudz Siddik, kepada detikcom, Selasa (24/5/2011).
Mahfudz membenarkan adanya sanksi terhadap anggota yang kerap berbeda pendapat. Namun sanksi tersebut tidak membuat PKS takut kalau dalam beberapa hal harus berbeda pendapat.
“Soal sanksi memang diatur kalau sudah ada kesepakatan lalu ada yang berbeda pendapat maka keluar koalisi. Tapi PKS bisa menerima itu, karena kebijakan pemerintah kami yakini akan objektif dan berpihak kepada kepentingan nasional, jadi tidak ada yang perlu ditakuti,” tutur Mahfudz.
Tapi tidak menutup kemungkinan PKS akan pada posisi yang frontal lagi, seperti pada saat mengusung angket mafia pajak. Utamanya jika menyangkut kepentingan rakyat yang lebih besar.
“Kalau prinsip, koalisi itu sama dengan kita bekerjasama dalam hal baik dan kita bekerjasama dengan baik. Sepanjang menyangkut kepentingan rakyat dan menegakkan prinsip keadilan ya PKS akan tetap bersuara dan berani berbeda,” tandasnya.
Berikut empat butir pokok kontrak koalisi baru :
1. Proses komunikasi politik, antara ketua partai dengan presiden, wakil presiden dan para pembantunya.
Di dalam kesepakatan lama belum diakomodir dengan baik sehingga di kesepakatan baru itu diperkuat bagaimana komunikasi itu. Penjadwalan waktunya, periodesasi, agendanya, nanti di dalam periode-periode tertentu agenda itu disusun dijadwalkan oleh sekretaris sekretariat gabungan. Hal ini tidak diatur dalam kesepakatan yang lama tidak diatur dengan spesifik, tapi yang baru diatur.
2. Intensifikasi komunikasi politik antara para ketua umum partai yang diimplementasikan kepada para ketua fraksi di parlemen maupun jajaran partai di bawahnya.
3. Tidak menutup ruang demokrasi, seolah ada partai koalisi menutup demokrasi.
Ruang demokrasi tetap diakomodir dalam bidang pengawasan dan anggaran. Itu fungsi tetap parlemen. Pembahasan APBN maupun lesgislasi dan pengawasan yang dilaksanakan dalam rapat kerja dan RDP. Maupun rapat lain mekanisme baku antara pemerintah dan parlemen, itu harus tetap dijaga, check and balances tetap dipelihara.
4. Penjelasan lebih konkrit tentang penguatan sistem presidensial.
Contoh kewenangan atau otoritas presiden tentang jumlah menteri sesuai UU dan kebutuhan, karena jumlah menteri sesuai UU. Tolak ukur menjadi pembantu beliau sebagai menteri pasti kinerja, kemudian apakah yang bersangkutan memenuhi kontrak kinerja yang disepakati presiden dan kebutuhan organisasi akan selalu berubah tergantung kebutuhan.

Beritapks.com

Isti’ab, Meningkatkan Kapasitas Rekrutmen Dakwah


Oleh Fathi Yakan

Isti’ab (daya tampung) adalah kemampuan da’i utk menarik objek dakwah (mad’u) dan merekrut mereka dengan segala perbedaan intelektual, kejiwaan, status sosial dsb.
Da’i yg sukses adalah da’i yg mampu masuk dan dapat mempengaruhi setiap manusia, dengan pemikiran dan dakwahnya, sekalipun kecenderungan, karakter, dan tingkatan mereka beragam. Di samping mampu menarik sejumlah besar manusia dan mampu menampung mereka baik dalam tataran pemikiran ataupun pergerakan.

Jadi isti’ab merupakan kemampuan individu, kelayakan akhlak, sifat keimanan, dan karunia Ilahiyah, yg membantu para da’i dan menjadikan mereka poros bagi masyarakat, sehingga mereka senantiasa berputar dan berkerumun di sekitarnya.
Tingkat Kemampuan dalam Isti’ab
Tingkatan isti’ab seorang da’i berbeda-beda, namun seorang da’i dituntut untuk memiliki batas minimal kemampuan isti’ab, agar bisa produktif dan mendatangkan manfaat bagi masyarakat, bukan mendatangkan kemudhoratan dan tidak mendatangkan manfaat sama sekali, bahkan menjadikan orang-orang di sekelilingnya lari.
Tingkatan-tingkatan kemampuan dalam isti’ab diilustrasikan dalam sebuah hadits:
“Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang dengannya Allah (SWT)mengutusku adalah bagaikan hujan yang turun ke bumi. Maka ada bagian bumi yg baik, ia menerima air hujan itu dgn baik lalu menumbuhkan tanaman dan rerumputan yang banyak. Ada juga bagian bumi yang menahan air, lalu Allah (SWT)memberikan manfaat kepada manusia dengan air yang disimpannya, sehingga mereka bisa minum dan menyirami tanaman dari air tersebut. Bagian lainnya adalah padang tandus, ia sama sekali tidak bisa menyimpan air dan juga tidak menumbuhkan apa pun. Demikian itu adalah perumpamaan orang yang diberi kepahaman dalam agama, lalu ia dapat memanfaatkan apa yg aku bawa itu, hingga ia senantiasa belajar dan mengajarkan apa yg ia pahami. Dan perumpamaan orang yg sama sekali tidak ambil peduli dan tidak mau menerima petunjuk Allah (SWT) yg aku sampaikan”. (HR Bukhari Muslim)

Isti’ab dan Keberhasilan Dakwah
Tidak akan ada keberhasilan dakwah tanpa kemampuan isti’ab karena keberhasilan ditandai dengan kemampuan da’i utk menarik sebanyak-banyaknya masyarakat kepada Islam dan pergerakan yg ada, sehingga mampu merealisasikan sasaran-sasarannya. Jika dai tidak mempunyai isti’ab maka dakwah akan mandul dan pergerakannya akan terbatas, hingga Allah (SWT) mendatangkan para da’i dan kader yang sangat berpengaruh dan mampu menarik masyarakat. Atau Allah (SWT) akan menggantikannya dengan “dakwah” yang lain yang tidak sama dengannya. Inilah sunnatullah yang akan terus berlaku:
“… dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah (SWT)”. (QS Al-Ahzab : 62)
“… Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah (SWT), dan sekali-kali tidak (pula) akan menemuui penyimpangan bagi sunnah Allah (SWT) itu”.. (QS Fathir : 43)
Isti’ab Eksternal dan Internal
Isti’ab eksternal adalah penguasaan terhadap orang-orang yang berada di luar dakwah, di luar pergerakan dan di luar organisasi, atau orang-orang yg belum bergabung dalam barisan dakwah. Isti’ab internal adalah penguasaan terhadap orang-orang yang berada di dalam organisasi, yakni mereka yang telah bergabung ke dalam jama’ah dakwah dan pergerakan.
Keberhasilan seorang da’i sangat terkait dengan kemampuan untuk menguasai keduanya, karena tidak ada gunanya pengguasaan terhadap masyarakat di luar tanzhim (jama'ah) tanpa dibarengi dengan penguasaan terhadap masyarakat yang ada dalam tanzhim.


ISTI’AB EKSTERNAL
Sesuai Al-Qur’an & Sunnah tuntutan yang harus dipenuhi para da’i dalam proses isti’ab dan rekrutment di antaranya adalah:
1. Kepahaman tentang agama
“Katakanlah:’adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (Az-Zumar : 9)
“Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Rabb Yang Maha perkasa lagi Maha Terpuji”. (Saba’ : 6)
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orangg yang tidak mengetahui”. (Al-Jatsiyah : 28)
“Wahai manusia sesungguhnya ilmu hanya didapat dengan belajar, sedang pemahaman hanya akan didapat melalui pendalaman (tafaquh), dan barang siapa yg dikehendaki Allah (SWT) baik maka akan diberi kepahaman dalam agama, sesungguhnya yang takut kepada Allah (SWT) dari hamba-hamba-Nya adalah ulama” (HR Bukhori)
“Apabila Allah (SWT) menghendaki kebaikan bagi seorang hamba maka Allah (SWT) memberinya kepahaman tentang agama dan memberinya ilham kelurusan (HR Thabrani)
“Sesungguhnya perumpamaan para ulama di muka bumi adalah bagaikan bintang-bintang yang dijadikan petunjuk dalam kegelapan daratan dan lautan. Jika bintang-bintang itu padam, maka para penunjuk jalan akan tersesat” (HR Ahmad).
2. Teladan yg baik
Seorang da’i harus menjadi teladan yang baik bagi masyarakat, agar ia memiliki pengaruh dalam masyarakat, sehingga mereka bisa direkrut. Karena pengaruh ucapan tidak seefektif pengaruh yang ditimbulkan oleh perbuatan, perbutan zhahir harus sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya.
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah (SWT) bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan” (Ash-Shaf: 2-3)
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (Al-Baqarah :44)
“Perumpamaan orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain dan melupakan dirinya, bagaikan lilin yang menerangi manusia dan membakar dirinya sendiri.” (HR Thabrani)
3. Sabar
Kesabaran dibutuhkan karena manusia memiliki kondisi kejiwaan yang bermacam-macam, memiliki kelebihan dan kekurangan yang beragam, memiliki tabiat yang berbeda-beda, dan memiliki kepentingan yang berlainan.
“Dan mintalah pertolongan kepada Allah (SWT) dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu (Al-Baqarah:45)
“Tidak ada rezeki Allah (SWT) yang lebih baik dan lebih luas bagi seorang hamba selain dari kesabaran.” (HR Hakim)
“Siapa yang berusaha untuk bersabar maka Allah (SWT) akan mengaruniai kesabaran, dan tidak ada karunia yg lebih baik dan lebih luas bagi seseorang selain dari kesabaran (HR. Bukhori -Muslim)
4. Lemah lembut
Dibutuhkan karena masyarakat membenci kekerasan dan menjauhi pelakunya.
Rasulullah bersabda “sesungguhnya Allah (SWT) mencintai kelembutan dalam segala hal” (HR Bukhori-Muslim)
“Sesungguhnya Allah (SWT) Maha Lembut dan menyukai kelembutan, memberi kepada orang yang lemah lembut apa yang tidak diberikan kepada orang yang kasar dan juga apa yang tidak diberikan kepadn yang lain.” (HR Muslim)
5. Memudahkan tidak mempersulit
Manusia memiliki karakter, kemampuan dan daya tahan yang berbeda-beda. Apa yang bisa dilakukan seseorang belum tentu bisa dilakukan oleh orang yang lain, karena itu Rasulullah bersabda:
“Mudahkanlah dan jangan mempersulit, senangkanlah mereka dan jangan membuat mereka lari.” (HR. Bukhori -Muslim)
“Berjalanlah dengan menenggang perjalanan yang paling lemah di antara kalian”
6. Tawadhu’ dan merendahkan sayap
Dai yang tawadhu bisa hidup dan bergaul dengan siapa saja, bisa menerima siapa saja, bisa berbicara kepada setiap orang, menziarahi bahkan mencintai semua manusia. Dialah yang melayani masyarakat bukan masyarakat yang melayaninya.
“Tidak akan masuk surga seseorang yang dalam hatinya terdapat sedikit kesombongan.” (HR Muslim)
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai adalah orang yang paling baik akhlaknya, yang merendahkan sayap, yang mau menghimpun dan mau dihimpun..”. (HR Thabrani)
Fenomena kesombongan ini tampak dalam berbagai hal:
  • Lebih senang bergaul dengan orang-orang kaya dan berpangkat daripada dengan orang miskin/orang awam
  • Lebih memperhatikan pakaian dan penampilan, dan suka meremehkan orang yang terlihat kumal
  • Memilih-milih audien
  • Lebih mementingkan ungkapan yang dibuat-buat
  • Merasa takjub dengan ilmu yang dimiliki.
7. Murah senyum dan perkataan yang baik
Wajah merupakan cermin yang merefleksikan kejiwaan. Jika wajah seseorang seram maka hal itu merupakan cerminan dari kekasarannya dan jika wajah seseorang berseri-seri dan murah senyum, maka ini adalah pertanda kebaikannya.
Mengenai ucapan yang baik banyak terdapat dalam nash-nash Al-Qur’an di antaranya QS. Al-Isra’: 53, QS. Al-Baqarah:83, 263, QS. Al-Ahzab:70, QS. Al-Hajj:24, QS. An-Nahl:125, QS.Thaha:44.
“Janganlah kalian memandang remeh kebaikan sedikit pun, meski kebaikan itu hanyalah berupa wajah yg berseri ketika bertemu dengan saudara kalian”. (HR Muslim)
8. Dermawan dan berinfaq kepada orang lain
Kedermawanan dengan materi menunjukkan kelapangan jiwa, sebaliknya orang yang kikir menunjukkan kekerdilan jiwanya.
Seorang dai harus menggunakan hartanya sebagai sarana agar masyarakat yang didakwahi mendapat hidayah, misalnya dengan:
  • Islam mewajibkan memuliakan tamu
  • Memberi hadiah kepada orang lain termasuk akhlaq Islam yang dianjurkan Nabi
  • Berbagai perbuatan mulia yang diperintahkan Allah (SWT)seperti berinfak kepada fakir miskin, menanggung anak yatim, memperhatikan hak tetangga dan seterusnya yang bertentangan dengan kebakhilan.
Dalam Al-Qur’an dan hadits banyak nash yang mengecam kebakhilan, di antaranya QS. Ali-’Imran:180,17, QS. Al-Hasyr:9, QS. Al-Isra:29,100, QS. Adz-Dzariyat:19, QS. An-Nisa:11.
“Tidak ada sesuatu yang dapat menghapus keislaman seperti halnya kekikiran” (HR. Thabrani)
9. Melayani orang lain dan membantu keperluan mereka
Seorang dai wajib menerjemahkan pemikiran dan konsepnya dalam bentuk tindakan konkret, yaitu dengan turut merasakan problematika umat, dan berusaha semaksimal mungkin untuk ikut menyelesaikannya.
“Barang siapa yang tidur tanpa peduli terhadap masalah kaum muslimin maka ia tidak termasuk golongan mereka”.
“Amalan yang paling utama adalah menyenangkan seorang mukmin, dengan cara memberi pakaian, makanan, minuman dan memenuhi kebutuhannya (HR Thabrani)


ISTI’AB INTERNAL
Isti’ab Dakhili (daya tampung internal) adalah kemampuan dan keahlian utk menampung objek dakwah yang telah berada di tengah-tengah shaf dakwah. Baik oleh para pemimpin maupun para anggotanya. Tujuannya untuk mendayagunakan potensi mereka dalam melaksanakan tugas-tugas dakwah dan pergerakannya.
Tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:
I. Isti’ab ‘aqidi dan tarbawi
  • Dalam tahap ini para kader harus dibersihkan dari berbagai problem masa lalu, meluruskan aqidah, perilaku, akhlaq, mengarahkan kecenderungannya, menentukan, menjelaskan arah sasaran dan tujuan mereka.
  • Isti’ab tarbawi tidak boleh didikte oleh suatu fase atau situasi, tetapi mutlak diperlukan baik bagi para pemula ataupun para senior.
  • Isti’ab tarbawi harus memperhatikan berbagai perkembangan kehidupan tahapan-tahapan alami dan khusus yang dilalui oleh para individu.
  • Isti’ab tarbawi harus memenuhi semua bidang tarbiyah, baik pemikiran, spiritual dan kebutuhan fitrah manusia.
  • Isti’ab tarbawi harus terukur dan menggunakan parameter syari’at dengan mengambil semua ‘azimah (hukum asal)-nya dan berbagai keringananya bukan produk emosi dan keinginan pribadi semata.
Aspek penting dan mendasar yang harus dimiliki dalam pembentukan pribadi muslim :
  1. Sunnah Rasul dalam pembentukan pribadi muslim.Rasulullah saw menggunakan metode yang unik sesuai dengan kesempurnaan manhaj Islam dan fitrah yg ditetapkan Allah (SWT) SWT, memandang manusia apa adanya layaknya manusia dengan memperhatikan kecenderungan dan kebutuhan manusia.
  2. Beberapa kaidah asasi dalam sunnah
  • Menonjolkan sisi positif atas sisi negatif
  • Menonjolkan sikap proporsional atas sikap berlebih-lebihanDalam kaitannya dengan komitmen pribadi kepada Islam, Rasulullah bersabda:
    “Ingatlah akan hancur orang yang berlebih-lebihan, akan hancur orang yang berlebih-lebihan” (HR Muslim, Abu Dawud dan Ahmad)
    “Sesungguhnya agama ini sangatlah keras, maka masuklah ke dalamnya dengan lembut (HR Ahmad)
    Dalam kaitannya dengan dakwah dan menarik orang kepada Islam, terdapat nash-nash Al-Qur’an dan sabda Rasulullah, di antaranya QS. Ali-’Imran:159, QS. An Nahl:125.
  • “Mudahkanlah dan jangan mempersulit, senangkanlah dan jangan membuat mereka lari”. (HR Bukhari-Muslim)
  • Sedikit dan kontinyu lebih baik daripada banyak tapi terputus
  • Mendahulukan prioritas dalam pembentukan
  • Pembentukan melalui keteladanan
  • Pembentukan yang menyeluruh dan tidak parsial
  • Keshalihan lingkungan dan pengaruhnya dalam pembentukan
  • Dampak pahala dan hukuman dalam pembentukan
II. Isti’ab haraki
Maksudnya adalah kemampuan sebuah pergerakan dalam menampung para anggotanya, pendukungnya, simpatisannya dan juga kemampuan gerakan dan para anggotanya dalam menampung berbagai persoalan, prinsip dan kaidah-kaidah pergerakan.
Permasalahan pokok yang berhubungan dengan isti’ab haroki:
1. Hal yang berkaitan dengan daya tampung gerakan terhadap para anggotanya
Syarat yg harus dipenuhi untuk dapat menampung anggota dan dinamikanya adalah:
  • Proses tarbiyah yang matang
  • Tersedianya berbagai potensi dan kapabilitas serta faktor pendukung lainnya dalam sebuah pergerakan, misalnya manajerial yang handal, perencanaan yg matang, konsep yang jelas dalam pendidikan, pemikiran, politik, dan seterusnya
  • Memahami semua anggotanya dengan benar, mengetahui potensi yang dimiliki, kecenderungan mereka, sisi positif dan negatifnya, dan lain-lain. Sehingga akan sangat membantu untuk menentukan tugas dan tanggungjawab masing-masing individi dan menempatkan pada posisi yang tepat, dan akhirnya akan membuahkan hasil yang memuaskan
  • Mengerahkan seluruh anggota dan bukan sebagian saja atau hanya orang-orang yang berprestasi saja krn bgmnpun akan pelipatgandakan hasil dan menghindari fitnah yang ditimbulkan oleh para penganggur/orang-orang yang tidak memiliki tugas dan peran dakwah.
2. Terkait dengan isti’ab haraki
Beberapa masalah penting yang terkait dengan pergerakan yang harus dikuasai oleh para da’i di antaranya adalah:
  • Pemahaman yang benar dan sempurna tentang sasaran dan sarana yang digunakan
  • Memahami tanzhim dan tabiatnya dengan benar
  • Pemahaman yang benar dan menyeluruh terhadap tabiat teman dan lawan berikut konsekuensinya
  • Pemahaman yang baik tentang berbagai aspek, tabiat dan kebutuhan amal
  • Menjauhi fenomena istiknaf (keengganan) utk bergabung dalam masyarakat/instansi/berbagai organisasi yang ada.
Diringkas dari buku "Al-Isti’ab fi Hayatid-Da’wah wad Da’iyah" karya Fathi Yakan.

pks-arabsaudi.org

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons