myspace graphic
_
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (QS.98:5)

Blogger news

~ ءَاجَرَكَ اللهُ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَبَارَكَ لَكَ فِيْمَا اَبْقَيْتَ وَجَعَلَ اللهُ لَكَ اطَهُوْرً ~

Kamis, 15 Desember 2011

Intifhadah; Perang Batu Yang Melahirkan HAMAS



Pekan awal Desember ini bangsa Palestina baru saja memperingati tahun ke-24 dari meletusnya Intifadhah Pertama, atau yang dikenal juga dengan gerakan perlawanan rakyat dengan bersenjatakan batu. Ledakan perlawanan bangsa Palestina ini terjadi merata di seluruh wilayah Palestina, baik mereka yang berada di Tepi Barat atau pun Jalur Gaza.
Rakyat Palestina dalam jumlah besar menggelar aksi protes terhadap penjajah Israel, yang membuat kondisi kehidupan mereka kian memburuk dari hari ke hari, seperti kondisi buruk di kamp-kamp pengungsian, pengangguran yang terjadi dimana-mana, terinjak-injaknya harkat martabat bangsa, serta penindasan yang terjadi setiap hari oleh Zionis penjajah terhadap rakyat Palestina.

Tanggal 8 Desember 1987 merupakan kali pertama Intifadhah meletus di Palestina, peristiwa itu bermula setelah seorang supir truk Israel menabrak sekelompok pekerja Palestina di pos pemeriksaan Beit Hanoun (Erez), yang menyebabkan syahidnya 4 orang dari mereka dan sebagian lainnya terkena luka cukup serius.
Esok harinya, usai prosesi pemakaman terhadap 4 syuhada Palestina itu dilangsungkan, meledaklah gerakan rakyat yang meletus secara spontan menggiring langkah mereka menuju pos-pos militer Zionis penjajah. Gelombang massa itu lalu menghujani pos-pos tersebut dengan kerikil bebatuan. Serangan bersenjatakan batu itu lalu dibalas Israel dengan menembakkan timah panas, sehingga menambah jumlah angka syuhada pada saat itu.
Berangkat dari ledakan intifadhoh tersebut, para analis kemudian menyimpulkan asbab gerakan perlawanan rakyat ini terjadi, Pertama, rakyat Palestina melakukan ini sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan yang dilakukan oleh Zionis Israel, Kedua, tidak adanya perhatian yang diberikan oleh bangsa Arab terhadap permasalahan yang menimpa Palestina.
Sedangkan dari sisi penjajah Israel, mereka mengira bahwa gerakan perlawan rakyat intifadhoh ini tak akan berlangsung lama dan berkepanjangan, namun prediksi penjajah itu salah total. Rakyat memperluas bentuk perlawanannya dengan cara lain, diantaranya dengan serepak melakukan aksi mogok kerja. Sedangkan anak mudanya, seperti mereka para mahasiswa yang kuliah di kampus Universitas Islam di Jalur Gaza, melakukan aksi keliling kota dan menyerukan rakyat untuk melakukan revolusi.

Aksi Mogok Massal
Gerakan Intifadhoh Pertama ditandai dengan aksi demonstrasi sipil dalam jumlah besar guna menentang penjajahan yang dilakukan Zionis Israel. Tanda-tanda akan lahirnya perlawanan rakyat ini sebenarnya sudah terjadi jauh-jauh hari sebelum intifadhoh meletus, namun para pemimpin PLO kala itu tidak melihat ini sebagai suatu masalah, mereka berkeyakinan bahwa rakyat yang melakukan aksi seperti itu tidak tahu masalah sesungguhnya yang terjadi di Palestina. Sedangkan para penjajah menilai aksi seperti ini berpotensi menjadi sebuah perlawanan yang besar, namun mereka tidak mengatasi hal ini dengan penuh serius.
Sejak awal meletus Intifadhoh Pertama ini Israel kemudian memberlakukan jam malam. Para penduduk Palestina di Jalur Gaza dan 80% penduduk di Tepi Barat terkena pemberlakuan jam malam itu. Kampus-kampus dan sekolah-sekolah kemudian ditutup oleh penjajah, dan sebanyak 140 orang petinggi Palestina yang dituduh terlibat dalam gerakan intifadhoh ini dideportasi, dan ratusan rumah penduduk mereka robohkan.
Perempuan Palestina pun memiliki peranan penting ketika Intifadhah pertama berlangsung, mereka telah mengerahkan dukungan yang nyata, sebuah data menyebutkan bahwa sepertiga dari korban Intifadhoh kala itu adalah wanita. Bahkan ada operasi bom syahid melawan penjajah yang eksekutornya adalah wanita, seperti peristiwa di Dimona, Negev pada tahun 1988. Dari mereka juga ada yang berhasil melakukan penculikan terhadap tentara Israel untuk kemudian ditukar dengan tawanan Palestina.
Gerakan Hamas kemudian mendeklarasikan pendirian organisasinya setelah Intifadhoh pertama itu meletus, dan berdiri pada tanggal 14 Desember 1987, gerakan ini kemudian membuat jejaring intelijen dengan nama "Majd" untuk memburu mereka yang berkhianat dan menjadi mata-mata untuk Israel. Disamping itu mereka juga melakukan perlawanan dengan menyerang pasukan militer penjajah Israel. Dan pada musim panas di tahun berikutnya, Hamas menjadi organisasi yang sangat diperhitungkan di Tepi Barat.
Pusat Keamanan Penjajah Israel kemudian memperlebar aksi militernya pada bulan Juli dan September pada tahun 1988, mereka kemudian menangkap sebanyak 120 orang petinggi Hamas, namun gerakan Islam di Palestina tetap eksis dan berkonsolidasi di internalnya hanya dalam beberapa minggu setelah itu.
Kemudian penjajah kembali menggelar aksi militernya yang kedua pada bulan Mei 1989, dan menangkap Syaikh Ahmad Yasin, pendiri Hamas, bersama dengan 260 orang aktivis Hamas lainnya, namun demikian Israel sebenarnya memahami betul, bahwa Hamas masih tetap eksis dan mampu untuk melakukan konsolidasi di internalnya, terlebih didukung dengan gerakan rakyat yang dikenala dengan Intifadhah.
Perlawanan bersenjata merupakan representasi dari 15% model perlawanan yang dilakukan rakyat Palestina. Gerakan perlawanan yang ada di Palestina seperti Hamas, Fatah, Jihad Islami dan Front Islam dan Front Rakyat & Demokrasi, mereka merupakan faksi-faksi yang memiliki peranan penting dalam mengatur Intifadhah, sehingga banyak memberikan kerugian di pihak penjajah, baik dalam jumlah korban jiwa maupun materi.
Peranan Warga Palestina yang Berada di wilayah jajahan Israel
Banyak orang yang tidak mengira pada saat itu, bahwa mereka warga Palestina yang berada di dalam wilayah penjajah Israel, dapat bereaksi lebih cepat daripada PLO yang saat itu berada di Tunisia. Apabila mereka yang berada di tanah palestina berjuang dengan senjata melawan penjajah, maka mereka yang berada di dalam wilayah “Israel” pun juga berjuang dengan menggunakan HAM mereka dengan memanfaatkan sistem demokrasi yang ada di Israel, seperti kebolehan untuk mengirim makanan bergizi dan obat-obatan kepada mereka yang berada di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Data statistik menunjukkan, bahwa dalam Intifadhah pertama mereka yang syahid berjumlah 1.162 orang, sebanyak 241 orang dari mereka adalah anak-anak. Sebanyak 90.000 orang menderita luka-luka, 15.000 orang menjadi tawanan, sebanyak 1.228 unit rumah penduduk Palestina dirobohkan, 140 pohon-pohon dari kebun warga Palestina dicabut. Sedangkan jumlah yang tewas dari pihak Israel selama Intifadhah pertama ini sebanyak 160 orang.
Intifadhah kemudian berangsur tenang pada tahun 1991, dan benar-benar berhenti total bersamaan dengan adanya penandatanganan kesepakatan Oslo antara Israel dengan PLO pada tahun 1993.
Abdullah Atturkmani
Kolumnis di koran harian "Palestina"

Amal Pembimbing Masyarakat



Islam turun ke muka bumi ini untuk menetapkan prinsip-prinsip kehidupan yang mulia dan syariat yang lurus serta kewajiban berdakwah setiap muslim untuk menegakkan syariatnya dan menjadikan Islam sebagai guru bagi semesta alam.

Namun kenyataannya agak berbeda sekarang ini di mana Islam tidak sepertimana yang diharapkan berbanding kejayaan di zaman lampau bahkan permasalahan menjadi sangat kompleks dan rumit apabila perdebatan agama (furu’iyyah) berlaku di mana-mana.

Perubahan yang sistemik itu menjadikan hukum dan kekuasaan ‘kuffar’  mengganas di muka bumi ini sehingga merusakkan tanaman Islam yang telah dibangunkan oleh para pendahulu.

Namun, kini masih ada segolongan para reformis sejati yang membawa bendera Islam dengan memperjuangkan perbaikan jiwa dan juga memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Sungguh indah firman Allah swt :
“Kerana itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran : 148)

Pahala dunia mungkin berupa kemenangan-kemenangan, memperolehi harta rampasan, pujian-pujian dan lain-lain.

Para reformis tersebut menjadi pelaku utama dan :
1.   Menjadikan Kalimah ‘At-Taqwa’ sebagai pelopor dalam bergerak.
2.   Mengambil Tarbiyah Ruhiyah sebagai landasan untuk memberikan pelayanan kepada umat.
3.   Memperhatikan prinsip bahwa perubahan dalam masyarakat dengan memperbaiki hukum yang ada menuju sebuah perubahan yang lebih baik dan menyeluruh di segenap sisi kehidupan.

Adapun syarat yang mesti dipenuhi oleh para pelopor kebaikan ini adalah perlu berdiri tegak di atas asas :
1.   ‘Amal Jama’ie’. 
2.   Keikhlasan.

Sungguh indah apa yang ditulis oleh Imam Hasan Al-Banna di dalam risalahnya dengan meletakkan rukun amal setelah rukun faham dan ikhlas.

Tidak boleh dikatakan seseorang itu beramal jika tidak dibekalkan dengan kefahaman dan tidak akan diterima sebuah amal jika tidak diasaskan dengan rasa ikhlas.

Sudah terbukti sepanjang sejarah Islam, kejayaan para aktivis dakwah yang memahami al-Islam yang bersandarkan kepada keimanan dan amal.

Imam Hasan Al Banna menjadikan rukun amal itu berfasa-fasa dan masing-masing fasa mempunyai peranannya masing-masing dan juga saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.

Dimulai dengan manhaj amal peribadi kemudian keluarga, masyarakat hingga kepada kekhalifahan Islam dan ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw ketika menyeru kepada kaumnya.

Kemudian berpindah kepada fasa memberikan petunjuk dan jalan yang benar dengan membentuk peribadi muslim, rumah tangga Islam dan suasana masyarakat yang Islamik sehingga beliau fokus kepada fasa ini dan sangat berhati-hati dan teliti dalam memilih manhaj yang benar dan lurus untuk merubah suasana masyarakat kepada yang lebih Islamik dan ideal yang diinginkan oleh Islam itu sendiri.

Kita sebagai seorang muslim mengimani manhaj ini dan sentiasa berusaha untuk dapat memberikan bimbingan kepada umat yang dengan manhaj ini akan terbentuk aturan masyarakat di seluruh alam di mana aturan itu adalah bernama : ‘Al-Islam’.

PENGERTIAN AMAL PEMBIMBING MASYARAKAT

Secara bahasanya :
‘Amal’ didefinasikan sebagai mengerjakan sesuatu dan mempunyai tujuan. Manakala ‘Mujtama’ pula adalah kumpulan manusia dalam sebuah komuniti tertentu dan ‘Irsyad’ adalah ‘Petunjuk atau Pembimbing’.

Secara istilahnya, Amal Pembimbing Masyarakat adalah :
“Segala daya dan usaha serta kesungguhan yang dilakukan untuk menerapkan tujuansyariah di atas muka bumi ini.”

‘Al-Amal’ di sini yang dimaksudkan adalah amal kebaikan sebagaimana dalam Al-Qur’an yang termaktub di dalamnya ibadah, muamalah atau amal lainnya.

Allah swt tidak menginginkan sesuatu amal itu hanya  sebatas amal kebaikan, namun yang perlu dipersembahkan adalah amal yang terbaik.

Firman Allah swt :
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Al-Mulk : 2)

Imam Hasan Al Banna menulis dalam majalah Al-Ikhwan Al Muslimun pada tahun 1352 H :
“Wahai para aktivis! Sesungguhnya saat ini umat sedang menunggu kamu, hiasilah dirimu dengan kebaikan, umat memerlukan ajaran Islam dari rijal dakwah seperti kamu……”.

Islam tidak hanya dimanifestasikan dalam keperibadian seorang muslim semata-mata tetapi nilai-nilai Islam juga dilihat dari keadaan sosial masyarakatnya. Jika keadaan masyarakatnya baik, maka secara automatiknya baik pulalah masyarakat yang ada di dalamnya.

Oleh kerana itu Al-Quran sentiasa memakai kalimah jama’ (yâ ayyuhal ladzina âmanu) dan bukan memakai kalimat (yâ ayyuhal mu’min) sehingga bebanan dakwah yang kita pikul memerlukan :
1.   Amal jama’ie.
2.   Kesabaran.
3.   Ketenangan.
4.   Kekuatan.

untuk dapat membawa risalah yang mulia ini.
Begitu juga dalam ibadah dan muamalah di mana semuanya tercermin di dalam suasana  kemasyarakatannya.
Setiap pendakwah pasti akan di uji dalam kesehariannya, semakin dia laju dalam melakukan perubahan di dalam masyarakat, maka tentangan itu akan semakin nyata dan terlihat.

Ujian dan tentangan itu boleh datang dalam bermacam-macam cara dimulai dari :
1.   Diasingkan.
2.   Diusir dari negaranya.
3.   Dicampakkan ke dalam penjara sehingga sampai kepada ancaman hukuman mati.

Oleh kerana itu Al-Islam telah memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas tentang hubungan antara peribadi seorang pendakwah dengan masyarakat dan keduanya saling mempengaruhi.

Jika peribadi seorang  muslim itu baik, maka keadaan masyarakatnya akan baik pula dan apabila keadaaan masyarakatnya sudah baik, maka keadaan itulah yang juga akan membantu dirinya untuk sentiasa iltizam memegang ajaran Islam.

Ini seperti yang berlaku di zaman Rasulullah saw ketika berhijrah ke Madinah, maka perancangan besar Rasulullah saw pada waktu itu adalah ingin :
1.   Mewujudkan masyarakat yang memegang prinsip-prinsip Aqidah Islamiyah.
2.   Menegakkan ajarannya.
3.   Sentiasa mensyi’arkan syariat Allah swt.

Ini seperti  yang dinukilkan oleh Allah swt di dalam Al Quran :
“Wahai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al Hujuraat : 13)

Melakukan aktiviti dan beramal untuk memberikan bimbingan kepada masyarakat adalah hukumnya wajib syar’ie kerana sebab-sebab berikut :

PERTAMA : MENUNAIKAN KEWAJIBAN KITA SEBAGAI SEORANG MUKMIN KEPADA ALLAH SWT UNTUK MENJADIKAN KHALIFAH DI DUNIA DAN MELAKUKAN KEBAIKAN.

Firman Allah swt :
“(Iaitu) mereka yang beriman(1) kepada yang ghaib(2), yang mendirikan solat(3), dan menafkahkan sebahagian rezeki(4) yang kami anugerahkan kepada mereka.” (QS Al Baqarah : 3)

(1) – Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.

(2) – Yang ghaib ialah yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera. Percaya kepada yang ghaib iaitu beri’tiqad adanya sesuatu yang ‘maujud’ yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, kerana ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat dan sebagainya.

(3) - Sholat menurut bahasa Arab : doa manakala menurut istilah syara’ ialah ibadah yang sudah dikenali, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. Mendirikan solat ialah menunaikannya dengan teratur dengan melengkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, samada yang lahir ataupun yang batin seperti khusu’, memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.

(4)  Rezeki: segala yang dapat diambil manfaatnya. Menafkahkan sebahagian rezeki ialah memberikan sebahagian dari harta yang telah dikurniakan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyariatkan oleh agama memberinya seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.

Sesungguhnya kaum muslimin dianjurkan oleh Allah swt untuk melakukan kebaikan di muka bumi ini walauapapun keadaan yang menimpa kita ketika ini seperti firman Allah swt :
“Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS Al Hajj : 77)

Sesungguhnya manusia mempunyai keperluan yang asasi sehingga kita sebagai pendakwah mempunyai kewajiban yang tidak boleh kita tinggalkan, iaitu menegakkan Daulah Islamiyah dan melakukan perbaikan di dalam lingkungan kita.

Di antara kewajiban itu adalah memberi makan para fakir miskin, merawat orang-orang yang sakit, mengajar manusia dan membenteras kebodohan, memberikan petunjuk dan menyebarkan kebaikan dengan rasa cinta dan kasih sayang.

Oleh kerana itu kita sebagai pendakwah mempunyai kewajiban untuk sentiasa memberikan pelayanan kepada masyarakat dan hal ini menjadi asas untuk kejayaan dakwah.

Firman Allah swt :
“..Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertaqwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksaNya.” (QS Al Maaidah : 2)

KEDUA : MENUNAIKAN KEWAJIBAN KITA SEBAGAI SEORANG AKTIVIS DAKWAH UNTUK MELAKUKAN AMAR MA’RUF DAN NAHI MUNGKAR

Islam tidaklah cukup untuk melakukan perbaikan kepada manusia untuk dirinya sahaja, namun juga untuk orang lain bahkan kepada setiap muslim, samada laki-laki atau perempuan.

Firman Allah swt :
”Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan solat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS At Taubah : 71)

Syiar amar ma’ruf dan nahi mungkar lebih diutamakan daripada solat dan zakat dan juga dalam masalah keimanan, Al-Quran mendahulukan amar ma’ruf dan nahi mungkar seperti firman Allah swt berikut :
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali Imran : 110)

Amar ma’ruf dan nahi mungkar merupakan sifatnya lebih khusus serta mempunyai makna yang lebih besar dari memberikan nasihat dan tazkirah di mana setiap muslim diberikan kemampuan untuk menasihati dan memberi peringatan dan untuk mencegah kemungkaran.

KETIGA : DAKWAH KEPADA ALLAH SWT

Sesungguhnya risalah dakwah untuk menyeru kepada agama Islam adalah beban yang dipikul oleh kita secara langsung dari Allah swt :

Firman Allah swt :
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS Yusuf : 108)  

Ayat di atas adalah merupakan kewajiban kita untuk menyampaikan Islam kepada individu ataupun masyarakat.

Kewajiban ini terkandung dalam empat perkara seperti yang dijelaskan oleh Allah dalam ayat berikut :
“Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS Al Baqarah : 151)

KEEMPAT : KEWAJIBAN MASYARAKAT UNTUK MENEGAKKAN SYARIAH ISLAMIYAH

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa perkara-perkara yang berkaitan dengan halal-haram, hukum-hukum yang berkaitan dengan hubungan antara peribadi dan masyarakat tentang syariat Islam ketika ini sedang mengalami kemunduran dan tidak akan pernah berlaku perubahan di dalam masyarakat kecuali para pemegang amanah dakwah (para murabbi, qiyadah, pendakwah dan pemikir Islam) sentiasa ‘muraqabatullah’ dan mempunyai semangat untuk menegakkan syariat Allah.

KELIMA : ORANG-ORANG MUKMIN YANG SENTIASA MENEPATI JANJI KETIKA BERBAIAH KEPADA ALLAH

Menunaikan baiah untuk menegakkan syariat Allah adalah kewajiban bagi setiap mukmin.
Imam Hasan Al-Banna menempatkan rukun amal ke dalam salah satu rukun dalam rukun sepuluh.

Oleh yang demikian, sesungguhnya melakukan aktiviti dan amal dalam masyarakat adalah sebuah bentuk aktiviti tarbawi dan hal ini adalah salah satu bentuk strategi dalam tahap untuk menegakkan‘Khilafah Islamiyah’ di atas manhaj nabawi dan ‘Ustaziyatul Alam’.
”Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. dia (Allah) Telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.” (QS Al Hajj : 78)

Ya Allah, jadikanlah kami golongan yang beramal memberi pencerahan kepada umat di samping membimbing mereka ke jalanMu yang lurus. Kekalkan kami di atas semangat amal jamai’e yang disulami keikhlasan kepadaMu. Kurniakanlah kepada kami kekuatan, ketenangan dan kesabaran sehingga kami mampu menarik kembali masyarakat untuk menyahut seruanMu serta berjihad di jalanMu hingga akhir hayat kami.

Ameen Ya Rabbal Alameen

Wan Ahmad Sanadi (www.dakwah.info)

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons