myspace graphic
_
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (QS.98:5)

Blogger news

~ ءَاجَرَكَ اللهُ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَبَارَكَ لَكَ فِيْمَا اَبْقَيْتَ وَجَعَلَ اللهُ لَكَ اطَهُوْرً ~
Tampilkan postingan dengan label Kitab. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kitab. Tampilkan semua postingan

Jumat, 29 Juli 2011

Aktivis Islam Menghadapi Tantangan Global : Dampak Sekuler Terhadap Ummat Islam

Apakah mereka tahu bahwa akibat tindakan mereka mengekor Negara-negara besar itu pada dasarnya hanya merusak umat Islam secara menyeluruh, menghancurkan masa depan dan melenyapkan eksistensi dan kesatuannya…? Lebih-lebih tindakan mereka memalingkan umat Islam dari Kitabullah, Sunnah, Nabi-Nya dan Manhaj Allah!

Apakah mereka mengetahui bahwa langkah mereka mengadopsi pemikiran musuh dengan paham keyakinannya yang rusak dan pola pemikirannya yang menyimpang sama dengan melepaskan aqidah Islam yang diakui oleh ahlul Haq, dan mengingkari Syari’at Qur’ani yang telah diakui konstribusinya dan kelayakannya (untuk diterapkan di segala waktu dan tempat) oleh orang-orang non muslim dari para pakar dan ilmuwannya?

Apakah mereka mengetahui bahwa sikap rendah dengan rela mengambil konsep dan metode yang dikembangkan oleh Negara-negara besar, merupakan tindakan menjelek-jelekkan pemikiran umat Islam. Mengingkari kebaikan dan kelayakannya dan memburukkan petunjuk dan hakikatnya?!

Apakah mereka mengetahui bahwa menggulirkan rencana-rencana ghazwul fikri pihak musuh berarti memutus hubungan antara generasi sekarang dan sejarah masa lalunya yang agung, dan kebesarannya yang menjulang tinggi, untuk kemudian mereka gantikan dengan sejarah musuh yang tidak mengharapkan kemuliaan Allah, tidak menegakkan dien dan mizan akhlaq yang utama.

Apakah mereka tahu bahwa tindakan mengikatkan diri kepada Negara besar sama dengan mendesakkan idiom-idiomnya atas idiom Al-Qur’an, untuk mereka gantikan dengan idiom-idiom kesukuan, pasaran dan kedaerahan, sehingga melemahkan fikrah umat Islam, membunuh kepribadian dan identitasnya?!

Apakah mereka tahu bahwa sikap mengekor musuh-musuh mereka dan menjadikan fikrah di luar mereka sebagai referensi sama dengan taklid terhadap perilaku, akhlaq tradisi dan adat istiadatnya serta mengikuti kerusakan dan kebobrokannya?!

Telah kita bahas dampak dan pengaruh sekulerisme pada masyarakat Islam, di bidang politik, pemerintahan, pada aspek kehidupan social, perekonomian, bidang media masa, konsep pendidikan dan pada tersebarnya rencana-rencara musuh.

Timbulnya dampak dan pengaruh itu dikarenakan terpengaruhnya para penguasa sekuler pada pemikiran-pemikiran musuh dank arena tindakan mereka menjalankan rencana-rencana musuh dank arena kebanggaan mereka terhadap nilai-nilai peradaban musuh.

Apa factor utama yang mendorong kaum sekuler mengekor di belakang Negara-negara besar dan memberikan loyalitasnya serta terpengaruh pada pemikiran dan doktrin mereka?

Ialah kekaguman dan terperdayanya mereka terhadap kilauan peradaban material modern tanpa memahami pengertiannya dan menyadari bahaya, cacat dan celanya.

Ya memang benar! Negara-negara besar yang jadi ikutan itu telah menciptaka peradaban, akan tetapi sebatas material dan industry, padahal peradaban menurut define para ilmuwan mengharuskan dua sisi, material dan sprituil.

Sisi materiil meliputi kemajuan aspek kehidupan materiil seperti: industry, pertanian, perdagangan, bangunan, seni, ilmu pengetahuan, ciptaan dan sebagainya.

Sedang sisi sprituil meliputi kemajuan dalam hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai spiritual, perasaan manusia, ajaran moral, pemikiran dan sebagainya.

Berdasarkan pembagian ilmiah dan proporsional mengenai maksud dan peradaban ini, maka jelaskan bahwa kemajuan suatu bangsa tidak diukur dengan kemajuannya di bidang ilmu pengetahuan, industry, alat-alat bangunannya kecuali seberapa besar kemajuan tersebut dapat mewujudkan tujuan-tujuan kemanusiaan yang positif dan menjelmakan nilai-nilai moral yang terpuji.

Telah bersepakat para tokoh pendidikan, pembaharu dan pendakwah moral bahwa wujud kemajuan material di suatu komunitas manusia tidak mengharuskan terwujudnya peradaban manusia berdasarkan pembagian yang telah saya jelaskan di muka; sebab mungkin saja suatu bangsa yang memiliki unggulan pada aspek materialnya, maju bidang ilmu pengetahuannya dan perindustriannya, namun bangsa tersebut belum dapat disebut sebagai bangsa yang berperadaban dan tidak tergolong bangsa yang bermoral dan memiliki nilai-nilai spiritual yang luhur.

Contoh paling gambling dalam persoalan ini adalah: diskriminasi ras antara kulit putih dan hitam yang diusung benderanya oleh Amerika. Negara ini tergolong Negara terbesar di dunia dalam peradaban meterialnya, hasil produksinya, temuan-temuan ilmiahnya; di luar perbudakannya terhadap Negara-negara lemah, keberpihakannya dan dukungannya terhadap Israel melawan orang-orang yang telah diusir dan negeri mereka dan harta benda mereka tanpa alasan yang benar, yaitu bangsa Palestina.

Jika kita lupa, maka tidak akan pernah lupa penindasan Negara-negara komunis dan sosialis terhadap anak bangsanya sendiri, khususnya kaum muslimin yang hidup di bawah kekuasaan mereka. Sungguh mereka telah menimpakan sisksaan yang amat kejam, membunuh kaum wanita, anak-anak, orang tua dan lelakinya. Mereka tidak punya dosa kesalahan kecuali karena mengatakan “Tuhan kami adalah Allah”. Sesungguhnya perbuatan mereka terus dan akan terus mencoreng wajah kemanusiaan, bahkan mereka menunjukkan kesewengan-wenangan dan kebiadaban yang belum pernah disaksikan bandingannya sepanjang perjalanan zaman.

Kita telah menyaksikan di abad ini, yang dikatakan orang sebagai era peradaban, era ilmu pengetahuan dan era listrik, kemajuan bidang material yang dicapai Negara-negara adidaya yang saling bertikai digunakan untuk menyulut api peperangan yang merusak, yang menyebabkan jatuh korban berjuta-juta nyawa manusia, yang menyebabkan jatuh korban terhadap bangsa-bangsa yang lemah serta memperbudaknya, bangsa-bangsa lembah yang tidak memiliki daya dan kekuatan untuk diusir dari tanah airnya, dan terkadang dipaksa meninggalkan akidahnya dan kemudian digantikan oleh bangsa lain yang bertindak aniaya dan menebar permusuhan di dalamnya.

Namun demikian, kemajuan material yang tidak manusiawi itu pasti akan ditimpa kepunahan dan kehancuran sebagaimana yang dahulu pernah menimpa peradaban-peradaban besar yang ada dalam sejarah. Mereka sombong dan sewenang-wengan di muka bumi dan memimpin dunia beberapa masa lamanya, kemudian mereka dihancurkan Allah dengan tiba-tiba, pada saat mereka lengah dan tidak menyadari datangnya malapetaka itu, dimana peradaban-peradaban tersebut akhirnya menjadi puing-puing reruntuhan dan menjadi kisah dalam lembaran sejarah. Maha Benar Allah Yang Maha Agung, yang berfirman:

…hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai pula perhiasannya, dan para pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya adzab Kami di waktu malam atau siang, lalu kami jadikan tanam-tanamannya laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin,” (Yunus: 24).

Kesimpulan

Sesungguhnya Negara-negara besar, utamanya Amerika dan Rusia dapat kita katakana sebagai Negara-negara yang berperadaban material, tapi mereka tidak disebut sebagai negarak yang berperadaban spiritual dan manusiawi; oleh karena peradaban itu harus memiliki dua sisi, meliputi kemajuan bidang material (phisik) dan kemajuan spiritual dalam kadar yang sama; dan oleh karena suatu peradaban haruslah bisa mewujudkan tujuan-tujuan manusia yang mulia serta menjelmakan nilai-nilai moral yang luhur.

Apabila motif pendorong terbesar yang menggiring kaum sekuler mengekor di belakang Negara-negara besar, adalah karena kekaguman mereka terhadap peradaban materi yang modern dan canggih dan karena terperdaya dengan penampilan luarnya yang kemilau, maka ini kembali kepada kebodohan mereka yang amat sangat terhadap kontribusi dan sumbangsih Islam terhadap peradaban manusia dan prinsip-prinsip syari’atnya yang dinamis.

Mereka lupa atau pura-pura lupa bahwa ketika Islam memerintah umat manusia, telah menyumbangkan kepada umat manusia berbagai sisi peradaban yang bermacam-macam, yang menjadikan umat manusia memperoleh kebahagiaan dengannya dalam satu kurun waktu dan ia terus menjadi salah satu kebanggaan dari berbagai kebanggaan Islam di sepanjang perlanan waktu dan zaman. Dan umat manusia masih terus menggali dari mata airnya di setiap bidang ilmu pengetahuan: ilmu filsafat, ilmu sejarah, geografi, astronomi, fisika, kimia, kedokteran, ilmu pengobatan, perindustrian, pertanian dan lain-lain. Itu di luar kontribusi dan sumbangsihnya di bidang pemikiran, aqidah, bahasa dan kesateraan.

Tak pelak lagi bahwa peradaban Islam dengan berbagai macam bidang dan aspeknya inilah yang telah merubah bangsa Eropa dari kungkungan kebodohan menjadi bangsa yang berpengatahuan, dari bangsa yang lemah menjadi bangsa yang kuat, dari bangsa yang liar menjadi bangsa yang berbudaya, dari keterbelakangan menjadi bangsa yang berperadaban, dari kegelapan hidup menjadi kehidupan yang terang benderang.

Dan para ahli sejarah hampir-hampir bersepakat bahwa peradaban Islam berpindah ke Barat melalui jalan Andalusia, Secilia, Perang Salib, Sekolah-sekolah penterjemahan dan Petualang muslim.

Meski saya telah menyebut tempat-tempat penyeberangan yang menjadi laluan berpindahnya peradaban Islam ke Eropa, maka Andalusia tetaplah menjadi tempat penyeberangan utama bagi perpindahan peradaban Islam ke Eropa di berbagai aspek dan bidang: aqidah, ilmiah, seni, sastra, ekonomi dan spiritual.

Dapatlah kita katakana secara singkat, kalaulah bukan karena peradaban Islam yang menyinari dunia sejak 14 abad yang lalu, niscaya dunia manusia tetap terpuruk di alam kegelapan, kebodohan tergelincir di jurang-jurang kekacauan dan terlena di rawa-rawa keterbelakangan. Sesungguhnya inilah peradaban Islam yang bersinar cemerlang serta kebesaran ilmu pengetahuan yang berakar dalam.

Apakah kalian tahu bahwa terpengaruhnya orang-orang sekuler terhadap pemikiran laadiniyah dan terhadap peradaban material adalah factor yang mendorong mereka untuk mengadopsi hokum sekuler di negeri-negeri Islam?

Sehingga menyeret umat Islam menjadi umat yang terkoyak-koyak dan tercerai berai, rusak dan bobrok, kacau dan jahiliyah, mundur dan terbelakang!

Jika kalian telah tahu, maka kalian harus menjalankan peranan kalian dan bangkit memikul tanggung jawab dalam mengemban misi perbaikan dan petunjuk dalam menghadapi pemikiran sekuler dan menampakkan hakikat Islam.

Mudah-mudahan manusia mau kembali kepada al-Haq dan petunjuk, dan para penguasa bisa melihat kontribusi dan sumbangsih Islam pada peradaban dan konsep pemikiran mengenai alam semesta, kehidupan dan manusia.

Menjadi Antek Kaki Tangan Asing

Telah dapat dipastikan bahwa orang yang rusak tashawurnya (tentang Islam) dan terpengaruh pemikiran musuh-musuh Islam, maka ia akan terikat oleh roda-roda Negara-negara besar, bekerja menurut perintahnya, berhenti karena larangannya, responsive terhadap pemikirannya, merealisasikan rencana-rencananya, menjadi corongnya dan ekor yang senantiasa membuntuti di belakangnya.

Itu karena si antek musuh, tindakan dan perbuatannya pada bangsanya kosong dari aqidah yang mengokohkannya, kosong dari tashawur Islam yang menjadikannya bisa melihat, kosong dari izzah Islam yang diperjuangkan oleh orang muslim, kosong dari nilai-nilai moral yang terpuji dimana kehidupan manusia bergantung padanya.

Apabila si antek musuh ini kosong dari semua itu, maka jangan dibayangkan dia akan membangung kejayaan bagi umatnya, membangung kebesaran baginya, dan memimpinnya untuk meraih kemenangan. Sebaliknya, menjadi musuh bagi agama dan umatnya adalah salah satu wataknya yang dominan, memerangi dakwah dan para da’I adalah salah satu sifatnya yang kuat.

Demi Allah, ini adalah suatu pengingkaran, kekufuran dan pengkhianatan di masa krisis, bahkan bisa dikatakan keluar dari Islam, menentang Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman.

Untuk membahas pembicaraan ini saya akan mengelompokkannya menjadi tiga:

1. Kaki tangan system Barat.

2. Kaki tangan Timur Komunis.

3. Kaki tangan Yahudi Masounisme.

1. Kaki tangan system Barat

Keberadaan mereka Nampak jelas pada lapisan penguasa (birokrat) yang mempunyai hubungan terang-terangan maupun rahasia dengan Barat dalam prinsip dan perundang-undangannya, dalam gurau dan candanya, dalam konsep pendidikan dan pengajaran, dalam system politik dan pola hubungan individu, dalam dasar-dasar pemerintahan dan system perekonomian dan dalam berbagai hal. Ini dipandang dari sisi kepengikutan pengikut dan peniru-niruan si taklid.

Dipandang dari sisi pengaruh yang diikuti (idola) dan cengkeraman kekuasaannya, sungguh sangat luar biasa. Para pemimpin Barat menjadikan para pemimpin mereka atas Negara-negara yang menginduk kepada mereka dan berada dalam pengaruh mereka; sebagai mesin penghisap hasil alam dan kekayaannya. Mereka eksploitasi untuk kepentingannya dan menjadikannya sebagai obyek pasar untuk menjual produknya dan juga pangkalan-pangkalan militernya untuk operasi-operasi penjajahan dan perbudakan mereka.

Inilah akibat yang dihasilkan oleh para antek dan kaki tangan Barat bagi bangsa dan negerinya. Adakah para antek itu tahu kepada siapa mereka menginduk dan kemana mereka jalan?

2. Kakit tangan Timur Komunis

Golongan ini jauh lebih bahaya, lantaran mereka Nampak jelas berada pada kelompok penguasa yang mengjual diennya kepada syetan, dan memberikan loyalitasnya kepada kekafiran dan penyimpangan serta menyeret umat menuju kehancuran dan kebinasaan, meletakkan belenggu kekuasaannya di leher-leher mujahidin, hingga mereka tidak dapat mengangkat kepala dan bangkit mengadakan perlawanan terhadapnya.

Penerapan doktirn-doktrin komunis itu melalui fase-fase ke-mulihid-an (penyimpangan) dengan: menghapus lembaga keluarga dikit demi sedikit, menghapus hak kepemilikian pribadi dan menjadikan harta kekayaan dalam milik bersama, menerapkan konsep pengajaran dan pendidikan yang mengarahkan generasi muda meyakini ajaran komunis; membatasi wewenang agama hanya di tempat-tempat ibadah dan menghapus norma-norma etika dan moral bangsa, sehingga tujuan mereka menerapkan paham komunis dan sosialis di negeri-negeri Islam terwujud. Setelah itu mereka akan menggunakan kekerasan dan tangan besi untuk melanggengkannya.

Inilah akibat yang dihasilkan oleh antek-antek komunis bagi bangsa dan negaranya! Apakah para antek itu tahu pada siapa mereka menginduk? Kemana mereka menuju? Dan umat mana yang mereka bela?

Dan orang-orang zhalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali!!

3. Kaki tangan Yahudi Masonisme

Golongan ini jau lebih buruk dan lebih keji, oleh karena mereka masuk ke hati orang-orang yang mengikuti doktrinnya dengan menggunakan kata-kata yang manis, propaganda-propaganda yang memikat, iming-iming jabatan, harta dan kedudukan, sehingga apabila orang yang telah terbujuk masuk ke dalam perkumpulan-perkumpulannya, dan naik ke tingkatan yang paling tinggi; barulah saatu itu mereka membuka rencana dan doktrin-doktrinnya pada para antek (yang telah masuk jauh ke dalam perangkapnya) agar mereka menjalankan peran dan tugas untuk menggulirkan rencana-rencana kaum Zionis semaksimal mungkin.

Sebagian rencana-rencana dan doktrin-doktrin mereka yang paling menonjol adalah:

  1. Orang-orang Islam, orang-orang Kristen, orang-orang Yahudi dan orang-orang Majusi; semua bersaudara, yakni saudara sebangsa (ukhuwah wathaniyah) dan saudara sesama anak manusia (ukhuwah basyariyyah), tidak ada agama yang bisa memisah-misahkan persaudaraan mereka.
  2. Sudah semestinya bagi orang-orang Yahudi untuk mempunyai eksistensi politik yang besar yang membentang dari sungan Eufrat hingga sungai Nil.
  3. Sesungguhnya tujuan kita adalah melenyapkan agama-agama (selain Yahudi) dari alam wujud.
  4. Kelak akan kita jadikan masonisme sebagai suatu tujuan selain Allah.
  5. Harus diciptakan suatu generasi yang tidak malu mempertontonkan auratnya.
  6. Sesungguhnya perjuangan melawan agama-agama tidak akan berakhir hingga agama dipisahkan dari Negara.

Adapun slogan-slogan utama yang mereka angkat untuk melakukan penyesatan ialah: kebebasan, persamaan dan persaudaraan serta slogan nasionalisme, kebangsaan dan kemanusiaan.

Dengan slogan-slogan yang memukau tapi menyesatkan ini, maka kaum Masoni yang disetir oleh kaum Yahudi mampu menjerumuskan banyak orang berpangkat dan orang-orang berpengaruh dalam jaringan perangkap mereka. Mereka diterima pada usia muda di sekolah-sekolah dan insitut-insitutnya, dan dimasukkan dalam klub-klub dan perkumpulan-perkumpulannya saat menginjak usia matang. Lalu setelah mereka mencapai posisi tinggi dari tingkatan-tingkatan yang ada (dalam jaringan Masonisme), mereka dijadikan sebagai boneka-boneka kaki tangannya di negeri mereka sendiri, guna menjalankan rencana-rencana kaum zionis untuk mencapai tujuannya tanpa rasa segan atau malu!

Inilah akibat yang dihasilkan oleh antek kaki tangan Masoni bagi bangsa dan negerinya!!

Apakah para antek itu tahu pada siapa mereka berhubungan? Kemana mereka menuju dan kelompok mana mereka bekerjasama? Dan orang-orang zhalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali!.

Para antek kaki tangan asing ini, baik yang berhungan dengan kolonialis Barat atau komunis Timur atau Yahudi Masoni, sebagian besar adalah putra-putra bangsa kita sendiri, yang berbicara dengan bahasa kita serta berpura-pura menganut agama kita.

Di antara bentuk tipu daya mereka adalah dengan mengatasnamakan Islam atau Arabisme, atau demokrasi atau doktirn-doktrin revolusioner, guna menyesatkan generasi muda Islam dengan pernyataan mereka, cara-cara bohong dan doktrin-doktrin palsu, hingga rakyat terperdaya, menyambut seruan mereka dan terbujuk cara-cara mereka hingga umat Islam menyebut-nyebut namanya, bersorak-sorai dengan bertepuk tangan saat menyambut kedatangan mereka, menabuh gendang dan meniup terompet untuk mengelu-elukan pemimpinnya.

Jika mereka telah mencapai puncak legitimasi dari rakyat dengan cara-cara bohong dan palsu mereka, maka selanjutnya mereka menjalankan rencana-rencana yang telah digariskan oleh pemimpin mereka yakni; memisahkan agama dari Negara, membatasi wewenang agama hanya pada tempat-tempat ibadah saja, meminggirkan orang Islam dari peran politik, menggantikan akhlaq Islami dan keutamaan Al-Qur’an dengan nilai-nilai moral asing. Sungguh malang orang-orang Islam yang sadar dan ikhlas, berani mendongakkan kepala, bersuara dan menyatakan kebenaran apa adanya, mereka pasti dituduh sebagau musuh Arabisme, musuh nasionalisme dan berbagai tuduhan palsu dan bohong, bahkan membungkam mereka, menumpas dan memadamkan dakwah mereka. Demikianlah yang mereka perbuat!

Saya menambahkan satu lagi motif yang berpengaruh besar mendorong para penguasa sekuler rela menjadi antek musuh, rela masuk dalam kendalinya dan memberikan loyalitas mereka kepadanya, yaitu iming-iming pangkat dan kedudukan.

Benar, demi mengejar gelar dan pangkat mereka menjual agama mereka dengan sekeping harta benda dunia…

Demi mengejar kedudukan, mereka tega mencerai beraikan persatuan umat Islam dan menggerogoti kekuatannya.

Demi mengejar kedudukan dan pangkat, mereka menjadikan negeri mereka sebagai obyek pasar perdagangan produksi kaum penjajah dan pangkalan militer musuh.

Demi mengejar kedudukan dan pangkat, mereka menyeret kaum muda ke tempat-tempat mesum dan ajang pergaulan bebas…

Demi mengejar kedudukan dan pangkat, mereka merusak aqidah generasi Islam, mendatangkan fitnah dalam agamanya, meracuni pikiran mereka untuk memusuhi para ulama dan para du’at, mengobarkan perasaan tidak senang terhadap sejarah dan kebesaran Islam serta kaum muslimin.

Andaikan para antek musuh itu tahu bahwa kehidupan itu akan lenyap, umur terbatas, dan kematian pasti dating, dan bahwa tidak ada yang kekal dalam kehidupan dunia dan tak ada kebahagiaan yang hakiki dalam kehidupan ini.

Andaikan mereka tahu bahwa sejarah dengan pendailannya kelak akan mengalahkan mereka dan generasi yang akan datang akan melaknat mereka dan siksa yang abadi setelah kematian akan mengejar mereka.

Andaikan mereka tahu pengkhianatan yang telah mereka lakukan terhadap kaum muslimin dan permusuhan yang telah mereka tujukan kepada dien serta kejahatan yang telah mereka timpakan terhadap kemanusiaan.

Andaikan kaum sekuler itu tahu semua ini, niscaya mereka akan memupus perbuatan jahatnya, berhenti menjadi antek musuh, bertaubat dari kesesatannya, kembali kepada kebenaran dan berjalan dengan petunjuk Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya dan kembali sebagai orang-orang yang beroleh petunjuk, menjadi umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.

Duhai sekiranya mereka tahu, berpikir dan melihat!! Jika demikian, kalian harus tahu tugas kalian untuk berdakwah, mengupayakan perbaikan dan perubahan. Semoga Allah Azza wa Jalla memberi petunjuk bagi yang tersesat, kemantaban bagi yang bimbang dan kelurusan bagi yang menyimpang melalui tangan kalian. Dan yang demikian itu amat mudah bagi Allah.

Sesungguhnya tanggung jawab kalian dalam menghadapi tantangan pemerintahan sekuler adalah tanggung jawab yang amat berat, dan tugas kalian untuk meluruskan dan menanganinya adalah benar-benar tugas yang amat rumit dan sulit.

Persoalan tersebut menuntut tekad, kesabaran, kesungguhan dan kebijaksanaan dari diri kalian, dan menuntut upaya yang gigih dan terus menerus serta rencana yang matang dan sempurna.

Allah Azza wa Jalla bersama orang-orang yang beramal dan ikhlas, dan kesudahan yang baik itu selamanya bagi orang-orang yang bertaqwa.


Sumber: Diringkas dari kitab Asy-Syabab al-Muslimu Fii Muwaajahati at-Tahaddiyaati, atau Aktivis Islam Menghadapi Tantangan Global, karya: Dr. Abdullah Nashih 'Ulwan, terj. Abu Abu Abida al-Qudsi (Pustaka Al -'Alaq, 2003), hlm. 161-171.

Rabu, 18 Mei 2011

Serial Kajian Kitab Imam Mawardi (2) : Taujih Siyasi Untuk Para Raja dan Pemimpin

Karya: Imam Abu al-Hasan ‘Ali bin Habib al-Mawardi (w. 450 H)
Oleh: Ust. Musyaffa Abdurrahim, Lc
Bidang Pembinaan Kader DPP-PKS

Petuah_03
اِعْلَمْ أَنَّ الْإِنْسَانَ مَطْبُوْعٌ عَلَى أَخْلَاقٍ قَلَّ مَا حُمِدَ جَمِيعُهَا أَوْ ذُمَّ سَائِرُهَا، وَإِنَّمَا الْغَالِبُ أَنَّ بَعْضَهَا مَحْمُودٌ وَبَعْضُهَا مَذْمُوْمٌ.
Ketahuilah bahwasanya manusia memiliki watak untuk berakhlaq yang jarang sekali dipuji seluruhnya atau dicela kesemuanya, umumnya, sebagian terpuji dan sebagian tercela.
قَالَ الشَّاعِر :
Seorang penyair (Ar-Raghib Al-Ishfahani) berkata:
(وَمَا هَذِه الْأَخْلَاقُ إِلَّا طَبَائِعُ … فَمِنْهُنَّ مَحْمُودٌ وَمِنْهَا مُذَمَّمُ)
Akhlaq ini tiada lain adalah kumpulan watak
Sebagiannya terpuji dan sebagiannya lagi tercela

وَلَيْسَ يُمْكِنُ صَلَاحُ مَذْمُوْمِهَا بِالتَّسْلِيمِ إِلَى الطَّبِيْعَةِ وَالتَّفْوِيْضِ إِلَى النَّحِيْزَةِ، إِلَّا أَنْ يَرْتَاضَ لَهَا رِيَاضَةَ تَأْدِيْبٍ وَتَدْرِيْجٍ، فَيَسْتَقِيْمُ لَهُ الْجَمِيْعُ، بَعْضُهَا خُلُقٌ مَطْبُوْعٌ، وَبَعْضُهَا تَخَلُّقٌ مَسْمُوْعٌ، لِأَنَّ الْخُلُقَ طَبْعٌ وَتَكَلُّفٌ
Untuk perbaikan akhlaq yang tercela tidak dapat diserahkan kepada watak dan pasrah kepada bawaan. Namun, perbaikannya dapat dilakukan dengan pelatihan dan pembiasaan melalui pengajaran dan sedikit demi sedikit, sehingga seluruh akhlaq tadi bisa menjadi baik, baik akhlaq yang bawaan, maupun akhlaq hasil bentukan, sebab akhlaq itu bawaan dan pemaksaan.
قَالَ الشَّاعِرُ :
Seorang penyair berkata:
(يَا أَيَُّهَا الْمُتَحَلِّيْ غَيْرَ شِيْمَتِهِ … وَمَنْ سَجِيَّتُهُ الْإِكْثَارُ وَالْمَلَقُ)
(عَلَيْكَ بِالْقَصْدِ فِيْمَا أَنْتَ فَاعِلُهُ … إِِنَّ التَّخَلُّقَ يَأْتِيْ دُوْنَهُ الْخُلُقُ)
Wahai seorang yang memiliki akhlaq yang tidak semestinya…
Dan yang tabiatnya memperbanyak kesalahan dan menjilat
Bersikap tengahlah dalam apa yang kamu lakukan …
Sebab dari upaya pembentukan akhlaq itulah terbentuk suatu akhlaq

وَشَرِيْفُ الْأَفْعَالِ لَا يتَصَرَّفُ فِيْهِ إِلَّا شَرِِيْفُ الْأَخْلَاقِ، سَوَاءٌ كَانَ ذَلِكَ طَبْعُا أَوْ تَطَبُّعًا، وَقَدْ نَبَّهَ اللهُ تَعَالَى عَلَى ذَلِكَ فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِِيْمِ بِقَوْلِهِ لِنَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {وَإنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ} [القلم : ] لِأَنَّ النُّبُوَّةَ لَمَّا كَانَتْ أَشْرَفَ مَنَازِِلِ الْخَلْقِ نَدَبَ إِلَيْهَا مِنْ أَكْمَلِ فَضَائِل الْأَخْلَاقِ
Dan perbuatan-perbuatan mulia tidak ada yang melakukannya kecuali seseorang yang mulia akhlaqnya, baik karena itu sudah menjadi wataknya maupun karena hasil bentukan.
Dan Allah SWT telah mengingatkan tentang hal ini dalam kitab-Nya yang mulia melalui firman-Nya kepada nabi-Nya: “Dan sesungguhnya engkau – wahai Muhammad SAW – benar-benar berada dalam akhlaq yang agung”. Sebab, dikarenakan kedudukan kenabian merupakan kedudukan manusia tertinggi, maka Allah SWT mendorongnya untuk memiliki akhlaq yang paling sempurna kemuliaannya
ULASAN:
Ada beberapa hal yang dapat saya garis bawahi dari petuah Imam Mawardi ini, yaitu:
1. Akhlaq manusia pada umumnya, dan pemimpin, termasuk di dalamnya adalah para politisi, pada khususnya, belumlah memiliki akhlaq yang seluruhnya terpuji, masih banyak akhlaq dan perilakunya yang tidak terpuji. Hal ini tidak mengapa, yang terpenting adalah, kemauannya untuk berubah dari berakhlaq tidak terpuji menuju akhlaq terpuji.
Artinya, seorang pemimpin, termasuk di dalamnya adalah politisi, mestilah tetap dan terus menerus melanjutkan tarbiyah dirinya, baik melalui orang lain (murabbi) atau pun melalui tarbiyah dzatiyyah, tarbiyah secara mandiri.
2. Perubahan akhlaq seorang pemimpin (tarbiyah), termasuk di dalamnya para politisi, dilakukan dengan pendekatan:
a. Riyadhah, yaitu pelatihan terus menerus, yang terkadang terasa berat dan melelahkan, untuk terus menerus menempa dan memperbaiki dirinya.
b. Ta’dib, yaitu upaya-upaya untuk meluruskan hal-hal atau sifat-sifat yang belum lurus pada dirinya, agar menjadi lurus, meskipun untuk hal ini, ia peru melakukan bentuk-bentuk ‘iqab atau hukuman terhadap diri sendiri, agar diri yang cenderung bengkok ini menjadi beradab dan lurus.
c. Tadrij, semua upaya perbaikan dan tarbiyah diri sendiri itu hendaklah dilakukan secara gradual atau berangsur-angsur, jangan dipaksakan berubah dalam sekejap.
3. Ada beberapa kosa kata yang oleh Imam Mawardi diberi tekanan khusus dalam petuah ini, yaitu:
a. Takhalluq, maksudnya adalah bahwa pembentukan akhlaq memang diperlukan latihan, dan perlu diulang-ulang, sehingga akhlaq yang diinginkannya tersebut terbentuk atau jadi.
b. Takalluf, maksudnya adalah pembentukan akhlaq terbentuk bila perlu dipaksa-paksakan.
c. Tathabbu’, begitu juga dengan pembentukan watak, diperlukan waktu, tempo dan latihan berulang-ulang.
4. Yang diharapkan muncul dari seorang pemimpin, termasuk politisi adalah perbuatan-perbuatan mulia (syarif al-af’al). namun, perbuatan-perbuatan mulia ini tidak muncul kecuali dari mereka-mereka yang memiliki akhlaq mulia (syarif al-akhlaq).
Oleh karena itu, hendaklah seorang pemimpin, termasuk di dalamnya politisi, selalu berusaha memperbaiki akhlaqnya agar akhlaq yang dimilikinya semakin mulia.

Kamis, 12 Mei 2011

Serial Kajian Kitab Imam Mawardi : Taujih Siyasi Untuk Para Raja dan Pemimpin



Oleh: Ust. Musyaffa Abdurrahim, Lc.*
Bidang Pembinaan Kader DPP-PKS
...

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Suatu hari saya jalan-jalan ke toko buku, terus mendapatkan satu judul buku yang menarik perhatian saya, judulnya: DURAR AL-SULUK FI SIYASAT AL-MULUK, yang ditulis oleh Imam Mawardi, penulis buku lain yang berjudul AL-AHKAM AL-SULTHANIYYAH, dan ADAB AD-DUN-YA WA ADDIN.

Terlintas dalam pikiran saya: alangkah menariknya kalau isi buku ini saya terjemahkan secara berseri dengan sedikit penjelasan (berdasarkan pemahaman saya tentunya).

Tentang apakah akan menarik beneran atau tidak, ya tergantung antum lah.

Berikut adalah PETUAH_1, saya kutipkan dari mukaddimah kitab, semoga bermanfaat, selamat menyimak:


KAJIAN KITAB DURAR AL-SULUK FI SIYASAT AL-MULUK
(PETUAH-PETUAN TAUJIH SIYASI UNTUK PARA RAJA DAN PEMIMPIN)

Karya: Imam Abu al-Hasan ‘Ali bin Habib al-Mawardi (w. 450 H)

Judul terjemahan ini memang nggak pas-pas banget, tapi mudahnya saja begitu.

PETUAH 1

فَإِنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ بَبَلِيْغِ حِكْمَتِهِ، وَعَدْلِ قَضَائِهِ، جَعَلَ النَّاسَ أَصْنَافًا مُخْتَلِفِيْنَ، وَأَطْوَارًا مُتَبَايِنِيْنَ، لِيَكُوْنُوْا بِالاخْتِلاَفِ مُؤْتَلِفِيْنَ، وَبِالتَّبَايُنِ مُتَّفِقِيْنَ، وَاخْتَصَّ مِنْهُمْ رَاعِيًا أَوْجَبَ عَلَيْهِ حِرَاسَةَ رَعِيَّتِهِ، وَأَوْجَبَ عَلَى الرَّعِيَّةِ صِدْقَ طَاعَتِهِ، وَجَعَلَهُ اَلْوَسِيْطَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ عِبَادِهِ، وَلَمْ يَجْعَلْ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُمْ أَحَدًا سِوَاهُ

Sesungguhnya Allah SWT dengan hikmah-Nya yang sangat mendalam, dan qadha’-Nya yang adil, telah menjadikan menusia dalam berbagai kelompok yang berbeda dan tahapan-tahapan yang tidak sama, agar akibat perbedaan itu mereka menjadi menyatu dan agar ketidak-samaan itu membuat mereka bersepakat.

Dan Allah SWT telah mengkhususkan seorang pemimpin dengan mewajibkan kepada mereka untuk menjaga rakyat-nya, dan mewajibkan kepada rakyat untuk taat kepadanya. Dan Allah SWT telah menjadikan sang pemimpin itu perantara antara Dzat-Nya dengan para hamba-Nya dan tidak menjadikan antara Dzat-Nya dan mereka sesiapa pun selain sang pemimpin itu.

Ada dua hal menarik untuk kita garis bawahi dari petuah 1 ini, yaitu:

a. Perbedaan-perbedaan yang ada diantara manusia, termasuk di dalamnya adalah perbedaan pandangan dan pendapat, menjadi tantangan bagi pemimpin – melalui kemampuan politiknya, diantaranya – bagaimana membuat perbedaan itu menjadi bersatu dan bersepakat.

Tentunya, wallahu a’lam, bukan bersatu dan bersepakat dalam arti tidak ada lagi perbedaan pendapat, namun, seorang pemimpin, melalui kemampuan politiknya, bisa sampai kepada suatu keputusan untuk dilaksanakan secara bersama-sama, baik keputusan itu dalam bentuk mufakat maupun berdasarkan suara terbanyak.

Juga patut digaris bawahi di sini, bahwa adanya perbedaan, termasuk di dalamnya adalah perbedaan pendapat, sudah menjadi bagian dari hikmah (kebijaksanaan) Allah SWT yang sangat mendalam, dan sudah menjadi bagian dari qadha’ Allah SWT yang sangat adil.

Oleh karena itu, seorang pemimpin, tidak harus risau menghadapi perbedaan-perbedaan itu, namun, hendaklah ia mencari berbagai cara, termasuk cara-cara politik, untuk mencapai persatuan dan kesepakatan.

b. Diantara tugas seorang pemimpin adalah menjaga rakyat-nya. menjaga dalam arti menghadirkan segala hal yang membawa maslahat bagi mereka, baik untuk urusan dunia mereka maupun untuk urusan akhirat mereka.

Dengan bahasa lain, di antara tugas pemimpin adalah me-ri’ayah (me-maintenance) para hamba Allah dan menjaga hak-hak mereka.

Dan sebagai imbangannya, rakyat diwajibkan taat kepada sang pemimpin.


PETUAH 2

وَقَدْ دَعَانِيْ صِدْقُ الطَّاعَةِ إِلَى إِنْشَاءِ كِتَابٍ وَجِيْزٍ ضَمِنْتُهُ مِنْ جُمَلِ السِّيَاسَةِ مَا إِنْ كَانَ الْمَلِكُ قَدْ حَازَ عِلْمَ أَضْعَافِهِ بِحُسْنِ بَدِيْهَتِهِ وَأَصِيْلِ رَأْيِهِ، فَإِنِّيْ لَنْ أَعْدِمَ أَنْ أَكُوْنَ قَدْ أَدَّيْتُ مِنْ لَوَازِمِ الطَّاعَةِ مَا يُحْسِنُ مَوْقِعَهُ إِنْ شَاءَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ

Ketaatanku yang sebenarnya telah mendorongku untuk menulis satu buku singkat yang di dalamnya saya masukkan sekumpulan petuah-petuah politik yang bisa jadi tuan raja telah memiliki ilmu politik ini secara berlipat yang ia dapatkan dari intuisinya yang baik dan pandangannya yang orisinil. Meskipun begitu, dengan menulis buku ini saya tidak kehilangan peluang untuk menunaikan sebagian dari konsekwensi ketaatan yang akan semakin meningkatkan kedudukan sang raja insyaAllah.

Ada dua catatan yang ingin saya berikan dari kutipan ini, yaitu:
1. Yang akan disampaikan oleh Imam Mawardi dalam serial ini adalah jumal siyasah (sekumpulan petuah-petuah politik), yang insyaAllah akan dapat kita ikuti mulai dari seri mendatang.

2. Dalam menerapkan petuah-petuah politik yang akan kita ikuti serialnya nanti, insyaAllah, memerlukan:

a. Husnul badihah (intuisi yang baik)

b. Ashalatur-ra’yi (pandangan yang orisinil) yang dalam pendapat saya bisa didapatkan dari:

i. Referensi-referensi lain

ii. Pengalaman lapangan atau khibrah maidaniyah

Jika dua hal ini dimiliki oleh seorang raja, atau pemimpin, atau politisi, maka, insyaAllah, petuah-petuah ini akan semakin memberikan efek dan pengaruh yang semakin berlipat ganda, insyaAllah.

Catatan lain:

1. Dalam kalimat mukadimah yang menjadi kajian kali ini, terlihat sekali sikap tawadhu’ dan taat seorang ulama’ yang bernama Mawardi, di mana ia mengatakan bahwa bukunya “hanyalah” berisi sejumlah petuah-petuah politik saja, sedangkan ilmu politik yang dimiliki sang raja sangatlah berlipat ganda.

2. Dalam kalimat mukadimah ini juga terlihat dengan jelas, betapa spirit taat begitu dalam menjiwai Imam Mawardi, sehingga buku yang ia tulis ini merupakan ekpresi dari ketaatannya kepada sang raja.

(bersambung secara serial. insya Allah)

---

Biografi Al-Mawardi

Kelahiran dan nasabnya

Dialah imam besar, ahli fiqh, ahli ushul fiqh, dan pakar tafsir Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi. Ia dilahirkan di Basrah pada 364 H/974 M, dalam satu keluarga Arab yang membuat dan memeperdagangkan air mawar, dan karena itu mendapat nama julukan “Al Mawardi.”

Kehidupannya

Dia menerima pendidikannya yang pertama di Basrah, dan Baghdad selama dua tahun. belajar ilmu hukum dari Abul Qasim Abdul Wahid as-Saimari, seorang ahli hukum madzhab Syafi’i yang terkenal. Kemudian, pindah ke Baghdad untuk melanjutkan pelajaran hukum, tata bahasa, dan kesusastraan, dari Abdullah al-Bafi dan Syaikh Abdul Hamid al-Isfraini. Dalam waktu singkat ia telah menguasai dengan baik pelajaran-pelajaran Islam, termasuk hadits dan fiqh seperti juga politik, etika dan sastra.

Ia menjabat hakim dibanyak kota secara bergantian. kemudian diangkat sebagai qadhi al-Qudzat (Hakim Tertinggi) di Ustuwa, sebuah distrik di Nishabur. Pada 429 H, ia dinaikkan kejabatan kehakiman yang paling tinggi, Aqda al-Qudhat (Qadhi Agung) di Baghdad, jabatan yang dipegangnya dengan hormat sampai pada saat wafatnya. Dia ahli politik praktis yang ulung, dan penulis kreatif mengenai berbagai persoalan sepeti agama, etika, sastra dan politik. Ia termasuk pakar fiqh pengikut-pengikut madzhab imam Syafi’i.

Ia hidup pada masa pemerintahan dua khalifah : Al-Qadir billah (381-422H) dan Al-Qa’imu BIllah (422-467H).

Khalifah Abbasiyah al-Qadir Billah (381 – 422 H) memberinya kehormatan yang tinggi, dan Qa’imam bin Amrillah 391 – 460 H Khalifah Abbasiyah ke-26 di Baghdad mengangkatnya menjadi duta keliling dan mengutusnya dalam berbagai misi diplomatic ke negara-negara tetangga maupun ke negara satelit. Kenegarawannya yang arif bijaksana, untuk sebagian besar bertanggung jawab dalam memelihara wibawa kekhalifahan di Baghdad, yang merosot di tengah-tengah para raja dari warga Saljuk dan Buwaihid, yang hampir sepenuhnya berdiri sendiri dan terlalu berkuasa. Al Mawardi dilimpahi berbagai hadiah berharga oleh Saljuk, Buwaihid dan amir-amir yang lainnya yang diberinya nasehat-nasehat bijaksana yang sesuai dengan martabat kekhalifahan Baghdad.

Sebagai eksponen Madzhab Syafi’I, Al-Mawardi adalah seorang ahli hadits terkemuka. Sayang sekali tak ada karyanya mengenai persoalan ini yang masih tersimpan. Tak diragukan bahwa sejumlah hadits dari dia telah dikutip dalam Ahkam As-Sulthaniya, A’lam Nubuwat, dan Adab ud Dunya wad-Din. Pegangannya pada hadits bisa laku ternyata dari karyanya A’lam un- Nubuwat. Keterangannya tentang perbedaan antara mukjizat dan sihir dalam pengertian ucapan-ucapan nabi, menurut Tsah Kopruizadah adalah yang “terbaik diriwayatkan sampai masa itu.”

Sebagai seorang penasehat politik, Al-Mawardi menempati kedudukan yang penting diantara sarjana-sarjana Muslim. Dia telah mengkhususkan diri dalam soal ini, dan diakui secara universal sebagai salah seorang ahli hukum terbesar pada zamannya. Dia mengemukakan fiqh madzhab Syafi’i dalam karya besar yang unggul Al-Hawi, yang dipakai sebagai buku rujukan tentang hukum madzhab Syafi’i oleh ahli-ahli hukum kemudian hari, termasuk al-Isnavi yang sangat memuji buku ini. buku ini terdiri dari 8.000 halaman, dipadatkan oleh al-Mawardi dalam satu ringkasan 40 halaman berjudul Al-Iqra.

Al-Mawardi mempunyai reputasi tinggi di kalangan orang-orang lama dalam barisan juru ulas Al-Quran. Ulasannya yang berjudul Nukat-wa’luyun mendapat tempat tersendiri diantara ulasan-ulasan klasik dari Al Qusyairi, Al-Razi, Al-Isfahani, dan Al-Kirmani. Tuduhan bahwa ulasan-ulasannya yang tertentu mengandung kuman-kuman pandangan Mu’tazilah tidaklah wajar, dan orang-orang terkemuka seperti Ibn Taimiyah telah memasukkan karya Al-Mawardi ke dalam buku-buku yang bagus mengenai persoalannya. Ulasannya atas Al-Qur’an popular sekali, dan buku ini telah dipersingkat oleh seorang penulis. Seorang sarjana Muslim Spanyol bernama Abul Hasan Ali telah datang jauh dari Saragosa di Spanyol, untuk membaca buku tersebut dari pengarangnya sendiri.

Al-Mawardi juga menulis sebuah buku tentang perumpamaan dalam Al-Qur’an, yang menurut pendapat As-Suyuti merupakan buku pertama dalam soal ini. Menekankan pentingnya buku ini, Al-Mawardi menulis, “salah satu dari ilmu Qur’an yang pokok adalah ilmu ibarat, atau umpama. Orang telah mengabaikan hal ini, karena mereka membatasi perhatiannya hanya kepada perumpamaan, dan hilang pandangannya kepada umpama-umpamanya yang disebutkan dalam kiasan itu. Suatu perumpamaan tanpa suatu persamaan (misal), ibarat kuda tanpa kekang, atau unta tanpa penuntun.”

Al-Mawardi, sekalipun bukan mahasiswa biasa dalam ilmu politik, adalah ahli ekonomi politik kelas tinggi dan tulisan-tulisannya yang spekulatif politis dianggap sangat bernilai. Karyanya yang monumental, Al-Ahkam As-Sultaniyah, mengambil tempat yang penting diantara risalah-risalah politik yang ditulis selama abad pertengahan. 

Al-Ahkam us-Sultaniyah, yang telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk Perancis, dan Urdu, merupakan karya-karya tiada ternilai mengenai hukum masyarakat Islam. Dalam isi buku ini, dia telah mengikuti karya Asy-Syafi’i, kitab Al-Umm, Adab al-Wazir yang menguraikan fungsi perdana menteri, dan memberikan pandangan-pandangan yang sehat mengenai administrasi umum. Suatu bacaan yang luas menguraikan kewajiban-kewajiban dan hak-hak istimewa perdana menteri banyak dihasilkan di negeri-negeri Islam, tetapi karya Al-Mawardi, Adab al-Wazir, adalah yang paling luas dan penting mengenai persoalannya, yang meliputi hampir semua tahap tentang hal yang berseluk-beluk ini.

Tulisan-tulisan Al-Mawardi yang bersifat politik, maupun yang religius, mempunyai pengaruh besar atas penulis-penulis yang kemudian tentang persoalan ini, terutama di negeri-negeri Islam. Pengaruhnya bisa terlihat pada karya Nizamul Mulk Tusi, Siyasat Nama, dan Prolegomena karya Ibn Khaldun. Ibn Khaldun, yang diakui peletak dasar sosiologi, dan pengarang terkemuka mengenai ekonomi politik tak ragu lagi telah melebihi Al-Mawardi dalam banyak hal. Menyebutkan satu-persatu kemestian seorang penguasa, Ibn Khaldun berkata, “Penguasa itu ada untuk kebaikan rakyat. Kemestian adanya seorang penguasa timbul dari fakta bahwa manusia harus hidup bersama-sama; dan kecuali ada orang yang memelihara ketertiban, maka masyarakat akan hancur berantakan.” Dia mengamati: “Selamanya ada kecenderungan tetap dalam suatu monarki Timur kepada absolutisme, kepada kekuasaan tiada terbatas, tiada dihiraukan, begitu pulalah kecenderungan gubernur-gubernur orang Timur kepada kebebasan bertambah-tambah besar kepada kekuasaan pusat. Sebelumnya, Al-Mawardi telah menunjukkan kekuasaan tak terbatas dari gubernur-gubernur selama kemerosotan kekhalifahan Abbasiyah, ketika kedudukan gubernuran itu telah diperoleh melalui perebutan kuasa, dan penguasa pusat hanya memiliki kontrol yang lemah terhadap mereka.

Demikianlah Al-Mawardi menonjol sebagai pemikir besar politik yang pertama dalam Islam, tulisan-tulisan maupun pengalaman-pengalaman praktisnya dibidang politik telah berumur panjang dalam membentuk pandangan politik penulis-penulis yang lahir kemudian.

Guru-gurunya:

Ia belajar hadis di Baghdad pada:

Al-hasan bin Ali bin Muhammad Al-Jabali (sahabat Abu Hanifah Al-Jumahi)
Muhammad bin Adi bin Zuhar Al-Manqiri.
Muhammad bin Al-Ma’alli Al-Azdi
Ja’far bin Muhammad bin Al-fadhl Al-Baghdadi.
Abu Al-Qasim Al-Qushairi.

Ia belajar fiqh pada:

Abu Al-Qasim Ash-Shumairi diBasrah.
Ali Abu Al-Asfarayni (Imam madzhab Syafi’I di Baghdad)., dll.

Murid-muridnya:

Diantaranya adalah:

Imam besar, Al-Hafidz Abu Bakar Ahmad bin Ali Al-Khatib Al-Baghdadi.
Abu Al-Izzi Ahmad bin kadasy.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons