myspace graphic
_
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (QS.98:5)

Blogger news

~ ءَاجَرَكَ اللهُ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَبَارَكَ لَكَ فِيْمَا اَبْقَيْتَ وَجَعَلَ اللهُ لَكَ اطَهُوْرً ~

Kamis, 15 Desember 2011

Intifhadah; Perang Batu Yang Melahirkan HAMAS



Pekan awal Desember ini bangsa Palestina baru saja memperingati tahun ke-24 dari meletusnya Intifadhah Pertama, atau yang dikenal juga dengan gerakan perlawanan rakyat dengan bersenjatakan batu. Ledakan perlawanan bangsa Palestina ini terjadi merata di seluruh wilayah Palestina, baik mereka yang berada di Tepi Barat atau pun Jalur Gaza.
Rakyat Palestina dalam jumlah besar menggelar aksi protes terhadap penjajah Israel, yang membuat kondisi kehidupan mereka kian memburuk dari hari ke hari, seperti kondisi buruk di kamp-kamp pengungsian, pengangguran yang terjadi dimana-mana, terinjak-injaknya harkat martabat bangsa, serta penindasan yang terjadi setiap hari oleh Zionis penjajah terhadap rakyat Palestina.

Tanggal 8 Desember 1987 merupakan kali pertama Intifadhah meletus di Palestina, peristiwa itu bermula setelah seorang supir truk Israel menabrak sekelompok pekerja Palestina di pos pemeriksaan Beit Hanoun (Erez), yang menyebabkan syahidnya 4 orang dari mereka dan sebagian lainnya terkena luka cukup serius.
Esok harinya, usai prosesi pemakaman terhadap 4 syuhada Palestina itu dilangsungkan, meledaklah gerakan rakyat yang meletus secara spontan menggiring langkah mereka menuju pos-pos militer Zionis penjajah. Gelombang massa itu lalu menghujani pos-pos tersebut dengan kerikil bebatuan. Serangan bersenjatakan batu itu lalu dibalas Israel dengan menembakkan timah panas, sehingga menambah jumlah angka syuhada pada saat itu.
Berangkat dari ledakan intifadhoh tersebut, para analis kemudian menyimpulkan asbab gerakan perlawanan rakyat ini terjadi, Pertama, rakyat Palestina melakukan ini sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan yang dilakukan oleh Zionis Israel, Kedua, tidak adanya perhatian yang diberikan oleh bangsa Arab terhadap permasalahan yang menimpa Palestina.
Sedangkan dari sisi penjajah Israel, mereka mengira bahwa gerakan perlawan rakyat intifadhoh ini tak akan berlangsung lama dan berkepanjangan, namun prediksi penjajah itu salah total. Rakyat memperluas bentuk perlawanannya dengan cara lain, diantaranya dengan serepak melakukan aksi mogok kerja. Sedangkan anak mudanya, seperti mereka para mahasiswa yang kuliah di kampus Universitas Islam di Jalur Gaza, melakukan aksi keliling kota dan menyerukan rakyat untuk melakukan revolusi.

Aksi Mogok Massal
Gerakan Intifadhoh Pertama ditandai dengan aksi demonstrasi sipil dalam jumlah besar guna menentang penjajahan yang dilakukan Zionis Israel. Tanda-tanda akan lahirnya perlawanan rakyat ini sebenarnya sudah terjadi jauh-jauh hari sebelum intifadhoh meletus, namun para pemimpin PLO kala itu tidak melihat ini sebagai suatu masalah, mereka berkeyakinan bahwa rakyat yang melakukan aksi seperti itu tidak tahu masalah sesungguhnya yang terjadi di Palestina. Sedangkan para penjajah menilai aksi seperti ini berpotensi menjadi sebuah perlawanan yang besar, namun mereka tidak mengatasi hal ini dengan penuh serius.
Sejak awal meletus Intifadhoh Pertama ini Israel kemudian memberlakukan jam malam. Para penduduk Palestina di Jalur Gaza dan 80% penduduk di Tepi Barat terkena pemberlakuan jam malam itu. Kampus-kampus dan sekolah-sekolah kemudian ditutup oleh penjajah, dan sebanyak 140 orang petinggi Palestina yang dituduh terlibat dalam gerakan intifadhoh ini dideportasi, dan ratusan rumah penduduk mereka robohkan.
Perempuan Palestina pun memiliki peranan penting ketika Intifadhah pertama berlangsung, mereka telah mengerahkan dukungan yang nyata, sebuah data menyebutkan bahwa sepertiga dari korban Intifadhoh kala itu adalah wanita. Bahkan ada operasi bom syahid melawan penjajah yang eksekutornya adalah wanita, seperti peristiwa di Dimona, Negev pada tahun 1988. Dari mereka juga ada yang berhasil melakukan penculikan terhadap tentara Israel untuk kemudian ditukar dengan tawanan Palestina.
Gerakan Hamas kemudian mendeklarasikan pendirian organisasinya setelah Intifadhoh pertama itu meletus, dan berdiri pada tanggal 14 Desember 1987, gerakan ini kemudian membuat jejaring intelijen dengan nama "Majd" untuk memburu mereka yang berkhianat dan menjadi mata-mata untuk Israel. Disamping itu mereka juga melakukan perlawanan dengan menyerang pasukan militer penjajah Israel. Dan pada musim panas di tahun berikutnya, Hamas menjadi organisasi yang sangat diperhitungkan di Tepi Barat.
Pusat Keamanan Penjajah Israel kemudian memperlebar aksi militernya pada bulan Juli dan September pada tahun 1988, mereka kemudian menangkap sebanyak 120 orang petinggi Hamas, namun gerakan Islam di Palestina tetap eksis dan berkonsolidasi di internalnya hanya dalam beberapa minggu setelah itu.
Kemudian penjajah kembali menggelar aksi militernya yang kedua pada bulan Mei 1989, dan menangkap Syaikh Ahmad Yasin, pendiri Hamas, bersama dengan 260 orang aktivis Hamas lainnya, namun demikian Israel sebenarnya memahami betul, bahwa Hamas masih tetap eksis dan mampu untuk melakukan konsolidasi di internalnya, terlebih didukung dengan gerakan rakyat yang dikenala dengan Intifadhah.
Perlawanan bersenjata merupakan representasi dari 15% model perlawanan yang dilakukan rakyat Palestina. Gerakan perlawanan yang ada di Palestina seperti Hamas, Fatah, Jihad Islami dan Front Islam dan Front Rakyat & Demokrasi, mereka merupakan faksi-faksi yang memiliki peranan penting dalam mengatur Intifadhah, sehingga banyak memberikan kerugian di pihak penjajah, baik dalam jumlah korban jiwa maupun materi.
Peranan Warga Palestina yang Berada di wilayah jajahan Israel
Banyak orang yang tidak mengira pada saat itu, bahwa mereka warga Palestina yang berada di dalam wilayah penjajah Israel, dapat bereaksi lebih cepat daripada PLO yang saat itu berada di Tunisia. Apabila mereka yang berada di tanah palestina berjuang dengan senjata melawan penjajah, maka mereka yang berada di dalam wilayah “Israel” pun juga berjuang dengan menggunakan HAM mereka dengan memanfaatkan sistem demokrasi yang ada di Israel, seperti kebolehan untuk mengirim makanan bergizi dan obat-obatan kepada mereka yang berada di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Data statistik menunjukkan, bahwa dalam Intifadhah pertama mereka yang syahid berjumlah 1.162 orang, sebanyak 241 orang dari mereka adalah anak-anak. Sebanyak 90.000 orang menderita luka-luka, 15.000 orang menjadi tawanan, sebanyak 1.228 unit rumah penduduk Palestina dirobohkan, 140 pohon-pohon dari kebun warga Palestina dicabut. Sedangkan jumlah yang tewas dari pihak Israel selama Intifadhah pertama ini sebanyak 160 orang.
Intifadhah kemudian berangsur tenang pada tahun 1991, dan benar-benar berhenti total bersamaan dengan adanya penandatanganan kesepakatan Oslo antara Israel dengan PLO pada tahun 1993.
Abdullah Atturkmani
Kolumnis di koran harian "Palestina"

0 komentar :

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons